Dalam bidang linguistik, umumnya diterima bahwa bunyi-bunyi individu tidak mewakili makna tertentu. Suara untuk kata makna tertentu adalah sewenang-wenang; oleh karena itu pada umumnya tidak ada hubungan antara suara dan makna. Namun, hal ini tidak sepenuhnya benar, karena kita telah mengabaikan keberadaan kelas kata, yaitu onomatope, yang memang sering muncul dalam penggunaan bahasa sehari-hari.
Berdasarkan akar kata bahasa Yunani, onomatopoeia adalah pembuatan (poiein) dari suatu nama atau kata (onoma) dari suara alam. Onomatopoeia adalah kata-kata imitatif dari bunyi-bunyi alami. Onomatope ditemukan di semua bahasa di dunia, dan beberapa ahli bahasa pada kenyataannya percaya onomatope adalah kata-kata pertama yang diucapkan manusia ketika bahasa dikembangkan. Karena peniruan langsung memungkinkan pendengar untuk memahami makna dengan paling mudah, maka itulah cara yang paling jelas untuk menggambarkan suara tindakan dan hewan, yang merupakan bagian paling banyak dari percakapan antara manusia purba. Oleh karena itu, hipotesisnya memang masuk akal. Suara primitif ini telah berevolusi dari waktu ke waktu, sisa-sisanya telah menjadi onomatope saat ini.
Onomatopoeia bukan hanya "permainan" yang dipelajari anak-anak di taman kanak-kanak, bahkan orang dewasa juga menggunakan banyak onomatope, dengan atau tanpa menyadarinya. Faktanya, bahasa seperti Jepang sangat bergantung pada onomatope untuk menggambarkan tindakan. Saat onomatopes digunakan, ada empat fungsi utama:
1. Untuk memperkaya isi artikel, dengan memberikan deskripsi lingkungan hidup yang lebih jelas;
2. Untuk meningkatkan derajat musikalitas, karena onomatope adalah kata-kata yang meniru suara alami;
3. Untuk memperdalam kesan pembaca terhadap pesan;
4. Untuk memaksimalkan realitas situasi sehingga para pembaca bisa mendapatkan sensasi akustik yang nyata dari keseluruhan gambar.
0 komentar:
Post a Comment
No SARA ya Guys...