Monday, October 16, 2017

Sebuah Refleksi: "menghayati prinsip dasar etika profesi keguruan"

Bagaimana saya menghayati prinsip dasar etika profesi keguruan di dalam kehidupan sehari-hari?

“Menjadi seorang guru mungkinlah bukan merupakan cita-cita saya sejak awal. Kata “GURU” sepertinya begitu asing bagi saya, sampai saya masuk dan belajar di sekolah keguruan ini, STKIP St. Paulus. Dari sini  saya mulai mengenal kata “GURU” ,dan dari hari ke hari mencoba mendalami dan meresapi apa sebenarnya yang ada di balik kata “GURU” ini.”

Menurut saya, guru adalah sebuah profesi yang paling  mulia di muka bumi ini. Menjadi guru tidak hanya sebatas menjadi pengajar mata pelajaran. Ini lebih dari itu. Menjadi seorang guru adalah menjadi “pembentuk” manusia; membentuk manusia yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak berakhlak menjadi berakhlak, dan membentuk manusia menjadi seorang yang akan berguna di kemudian hari.
Saya pikir, hal-hal inilah yang menjadi dasar segala kode etik keguruan yang pernah dibuat; bahwa hasil dari apa yang kita terapkan dalam kode etik keguruan adalah kesuksesan siswa-siswa kita. Kode etik keguruan dibuat bukan agar sang guru bisa menjadi guru yang baik dan “keren”, tetapi lebih dari itu bahwa justru kode etik itu diharapkan bisa memberi dampak positif kepada siswa. Nah, jadi mengapa disebut kode etik keguruan? Itu karena kode etik ini dibuat untuk guru, yang secara tidak langsung memberi pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan siswa.
Guru adalah teladan bagi siswanya. Bagaimana sikap dan kelakuan guru adalah patokan bagi siswanya untuk bertindak dan menjalani kehidupannya sehari-hari. Guru yang baik dan profesional adalah guru yang menjalankan semua kode etik keguruan yang telah dibuat, mulai dari etika berbangsa dan bernegara, beragama, berorganisasi, profesi, berelasi, bermasyarakat, dan peduli lingkungan. Ketika seorang guru lalai menjalankan kode etik keguruannya, maka secara tidak langsung dia memberi pengaruh negatif bagi siswanya. Guru adalah teladan. Teladan yang baik akan menghasilkan peneladan yang baik pula.
Jadi, bagaimana saya menghayati prinsip dasar etika profesi keguruan di dalam kehidupan sehari-hari? Sebagai seorang calon guru, saya mencoba menghayati kode etik keguruan ini dengan cara menjadi teladan yang baik dalam keluarga, sekolah, dan kehidupan bermasyarakat. Menjadi teladan bukannlah hal yang mudah. Untuk menjadi teladan yang baik, kita harus belajar bagaimana caranya, dan mencoba melupakan ego kita.
Saya selalu memulai menjadi teladan dengan hal-hal sederhana yang saya pikir walaupun tidak begitu besar, setidaknya itu sedikit demi sedikit akan memberikan perubahan bagi orang yang menyadari apa maksud dari apa yang saya lakukan. Hal-hal sederhana itu misalnya, dalam berelasi dan berkomunikasi, saya berusaha untuk tidak mengeluarkan kata-kata kotor. Walaupun dengan teman dekat sekalipun. Hal yang lain lagi, ketika saya mempunyai sampah untuk dibuang, saya akan berpura-pura menanyakan dimana tempat sampah berada. Menurut saya pribadi, ketika teman-teman saya menangkap apa arti dari yang saya lakukan dan sedikit demi sedikit berubah, saya sudah menjadi teladan baik.

0 komentar:

Post a Comment

No SARA ya Guys...